Kamis, 26 Juni 2014
Strategi Pembelajaran di Indonesia
Pendapat Tentang Strategi Pembelajaran
Matematika di Indonesia
Pendapat saya
tentang Strategi pembelajaran matematika di indonesia sangat sangat dan belum
sesuai dengan apa yang diharapkan, mengapa saya katakan demikian, sebab dilihat
dari hasil belajar meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun focus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan
berfikir matematika siswa masih jarang dikembangkan, dan dapat pula dilihat
dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika di sekolah yang
masih belum memuaskan.
Salah satu
guru Matematika SMP Negeri 20 Makassar mengatakan bahwa pada saat siswa melakukan
latihan pemecahan soal matematika ternyata hanya sebagian kecil siswa yang
dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang
harus dikerjakan, bahkan setelah diberi petunjukpun mereka masih juga tidak
dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga ia harus menerangkan seluruh
penyelesaiannya. Dari kasus ini pula dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
tersebut harus benar-benar mempunyai multi strategi untuk menghadapi kasus
seperti itu dan guru harus memastikan apakah siswanya sudah benar-benar paham
dengan materi yang telah dipaparkan dan apa yang di inginkan soal tersebut
sehingga kejadian seperti ini tidak lagi terulang dan tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai sesuai dengan apa yang guru harapkan.
Dilihat
dari banyak anggapan dan keluhan siswa-siswi di Indonesia mengaku bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan, pelajaran yang sangat
rumit untuk dipelajari dan sangat menakutkan bagi mereka, dimana soal-soalnya
sangat sulit untuk di kerjakan, sangat bingung dalam mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari dan pada umumnya merupakan mata pelajaran yang sangat tidak
disenangi. Dan dimana anggapan ini sudah tertanam dan melekat pada siswa
sehingga berdampak negatif terhadap proses pembelajaran matematika sehingga
mereka tidak termotivasi untuk belajar matematika dan sulit untuk bisa menyukai
pelajaran matematika dan pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar matematika
menjadi kurang memuaskan. Hal ini di sebabkan kebanyakan guru dalam mengajar
kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswa, tidak menggunakan berbagai macam
strategi dalam pembelajarannya dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa
menjadi sulit di tumbuhkan dan pola belajarnya cenderung menghafal dan
mekanisme.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dan anggapan
siswa di Indonesia tentang pembelajaran matematika di sekolah, terutama yang
berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar siswa. Guru sendiri harus
termotivasi agar mempunyai banyak strategi dalam pembelajaran dan lebih
meningkatkan kinerja serta kualitas dalam pengajarannya agar pembelajaran
matematika lebih bermakna serta banyak disukai oleh siswa. Contohnya membuat
strategi yang lebih menarik perhatian siswa, membuat strategi pelajaran dalam
kelompok kecil, yang memungkinkan siswa saling membantu dalam memahami suatu
konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban temannya sebagai masukan serta
kegiatan lain yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal,
menekankan pada kesadaran siswa untuk belajar, memecahkan masalah dan
mengaplikasikan pengetahuan, saling membantu dalam mencapai hasil belajar yang
baik, terkadang mengadakan suatu games untuk mengasah kemampuan berfikir siswa,
memberi penghargaan sehingga siswa akan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran matematika dan menghilangkan anggapan negatif siswa tentang
pelajaran matematika yang tadinya mereka tidak suka dan tidak senang belajar
matematika menjadi lebih menyukai dan menyenangi pelajaran matematika serta
menghilangkan rasa takut akan kegagalan dalam pembelajaran matematika. Jadi
lagi-lagi yang saya tekankan disini, bahwa guru sangat dan harus mempunyai
multi strategi dalam pembelajarannya guna untuk mencapai tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang guru harapkan.
“Terima Kasih”
Rabu, 11 Juni 2014
Macam-macam pendekatan
MACAM-MACAM PENDEKATAN
1.
Pendekatan Konsep dan Proses
a.
Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang
pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang
disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan
mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap prosespendidikan yang
dialaminya
2.
Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk mampu
memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang dipelajari.
Contohnya
guru memberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan, lalu siswa diminta untuk
memahami masalah terlebih dahulu, setelah dipahami masalah itu dirumuskan,
mengajukan beberapa alternative pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih
solusi yang lebih tepat sehingga masalah dapat diselesaikan.
3.
Pedekatan Joyful Learning
Pendekatan
joyful learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang
mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptaan suasana belajar yang
menyenangkan. Contohnya: pendekatan joyful leaning pada materi
ekosistem, sebagai berikut:
a.
Kebermaknaan;
Pemahaman akan meningkat bila informasi baru dengan gagasan dan pengetahuan
yang telah dikuasai oleh siswa. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit
dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
b.
Penguatan;
terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut
dan latihan dapat menanggulangi proses lupa. Dalam pendekatan joyful
learning, penguatan merupakan yang harus diperhatikan.
c.
Umpan
balik; kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang
hasil-hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi
jawaban siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi
pekerjaan siswa.
4. Pendekatan Deduktif – Induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan
pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.
Pendekatan Induktif
Ciri
uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data
untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang
terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran
tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan
teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik
dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka
pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan
pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan
pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru
mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder,
2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah:
”All new learning involves transfer of information based on previous learning”,
artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan
pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1)
definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh
dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi
yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan
pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa
contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan
induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju
konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian
membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki
pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut
setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta
memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang
dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan
deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai
“ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana
dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16).
Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
5.
Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990:1)memandang STM sebagai the teaching
and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang
sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman
manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:
1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to
explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture,
values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )
(dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih
lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari–hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah–langkah.
6. Pendekatan Numbered Heads Together
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
Ø Langkah-langkah:
1.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan.
Ø Kelebihan:
1.
Setiap
siswa menjadi siap semua.
2.
Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3.
Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Ø Kelemahan:
1.
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil
lagi oleh guru.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
7. Pendekatan Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Ø Langkah-langkah:
1.
Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
2.
Guru
menyajikan pelajaran.
3.
Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4.
Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5.
Memberi
evaluasi.
6.
Penutup.
Ø Kelebihan:
1.
Seluruh
siswa menjadi lebih siap.
2.
Melatih
kerjasama dengan baik.
Ø Kekurangan:
1.
Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2.
Membedakan
siswa.
Rangkuman Pengajaran Konsep
1.
Pengajaran Konsep
Konsep memungkinkan individu untuk menggolongkan
benda dan gagasan dan menarik aturan dan prinsip. Pembelajaran konsep penting
di sekolah dan
kehidupan sehari-hari karena konsep memungkinkan adanya saling memahami antara orang-orang dan memberikan dasar
bagi interaksi lisan.
Tujuan dari pengajaran konsep
terutama adalah membantu siswa memperoleh pemahaman konseptual dari pelajaran
yang sedang dipelajari dan memberikan landasan bagi pemikiran tingkat tinggi.
Terdapat banyak pendekatan untuk pengajaran konsep,
tetapi dua yang mendasar yaitu pendekatan presentasi
langsung dan pendekatan pemerolehan
konsep. Lingkungan pembelajaran untuk pengajaran konsep mungkin digambarkan cukup terstruktur dan
berpusat pada guru.
Sifat-sifat
konsep yaitu:
a. Konsep
Dipelajari Melalui Contoh dan Bukan Contoh.
b. Konsep
dipengaruhi oleh kenteks social.
c. Konsep
Memiliki Atribut Penting dan Atribut Tidak Penting.
Aspek penting lain dari pengajaran konsep berasal
dari bidang perkembangan
manusia. Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan
Jerome Bruner penting bagi guru dalam hal pembelajaran konsep oleh siswa.
Melaksanakan pelajaran konsep meliputi:
a. Menjelaskan
tujuan dan membuka pelajaran.
b. Pemakaian
contoh dan bukan contoh dan pengujian atas pencapaian.
c. Presentasi
langsung.
d. Perolehan
konsep
Dalam pemerolehan konsep, siswa telah memiliki
pemahaman akan konsep atau seperangkat konsep dan diminta untuk membuat
keputusan apakah contoh tertentu merupakan contoh kelas. Pemerolehan konsep
adalah proses induktif yang membantu siswa dalam megorganisasi data berdasarkan
konsep yang sudah dipelajari sebelumnya. Guru yang menggunakan pendekatan
perolehan konsep akan menggunakan tahap berikut ini :
a. Memberikan
contoh-contoh kepada siswa, sebagian merepresentasikan konsep dan sebagian
lainnya tidak.
b. Mendorong
siswa menbuat hipotesis mengenai atribut-atribut konsep dan merekan alasan atas
spekulasi mereka.
c. Ketika
siswa tampaknya mengetahui konsep tersebut, mereka menamai atau melabeli konsep
tersebut dan menjelaskan proses yang mereka gunakan untuk mengidentifikasinya
d. Guru
memeriksa apakah siswa telah memperoleh konsep dengan menyuruh mereka
mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang masuk kategori “ya” dan “tidak”
2.
Pengajaran Berbasis Inquiri
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Pengajaran berbasis Inkuiri menuntut peserta didik
untuk berpikir. Pengajaran
ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual. Meskipun pengajaran
ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar.
Tujuan utama dari pengajaran berbasis inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian, pengajaran ini selain berorientasi pada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar siswa. Proses pembelajaran pada
dasarnya adalah proses interaksi antara siswa dengan siswa juga berinteraksi
dengan guru bahkan interaksi siswa dengan lingkungan.
Langkah-langkah proses pengajaran berbasis inquiri:
a. Orientasi
b. Merumuskan
masalah
c. Merumuskan
hipotesis
d. Mengumpulkan
data
e. Menguji
hipotesis
f. Merumuskan
kesimpulan
Langganan:
Postingan (Atom)