MACAM-MACAM PENDEKATAN
1.
Pendekatan Konsep dan Proses
a.
Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang
pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang
disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan
mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap prosespendidikan yang
dialaminya
2.
Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk mampu
memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang dipelajari.
Contohnya
guru memberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan, lalu siswa diminta untuk
memahami masalah terlebih dahulu, setelah dipahami masalah itu dirumuskan,
mengajukan beberapa alternative pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih
solusi yang lebih tepat sehingga masalah dapat diselesaikan.
3.
Pedekatan Joyful Learning
Pendekatan
joyful learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang
mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptaan suasana belajar yang
menyenangkan. Contohnya: pendekatan joyful leaning pada materi
ekosistem, sebagai berikut:
a.
Kebermaknaan;
Pemahaman akan meningkat bila informasi baru dengan gagasan dan pengetahuan
yang telah dikuasai oleh siswa. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit
dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
b.
Penguatan;
terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut
dan latihan dapat menanggulangi proses lupa. Dalam pendekatan joyful
learning, penguatan merupakan yang harus diperhatikan.
c.
Umpan
balik; kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang
hasil-hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi
jawaban siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi
pekerjaan siswa.
4. Pendekatan Deduktif – Induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan
pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.
Pendekatan Induktif
Ciri
uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data
untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang
terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran
tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan
teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik
dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka
pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan
pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan
pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru
mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder,
2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah:
”All new learning involves transfer of information based on previous learning”,
artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan
pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.
Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1)
definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh
dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi
yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan
pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa
contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan
induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju
konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian
membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki
pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut
setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta
memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang
dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan
deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai
“ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana
dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16).
Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
5.
Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990:1)memandang STM sebagai the teaching
and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang
sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman
manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas,
sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1)
bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the
widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a
technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan
demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan
cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi
masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap
hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan
pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:
1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to
explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture,
values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )
(dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini
guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih
lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan
pada masalah yang ditemukan sehari–hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah–langkah.
6. Pendekatan Numbered Heads Together
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
Ø Langkah-langkah:
1.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan.
Ø Kelebihan:
1.
Setiap
siswa menjadi siap semua.
2.
Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3.
Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Ø Kelemahan:
1.
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil
lagi oleh guru.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
7. Pendekatan Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Ø Langkah-langkah:
1.
Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
2.
Guru
menyajikan pelajaran.
3.
Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4.
Guru
memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5.
Memberi
evaluasi.
6.
Penutup.
Ø Kelebihan:
1.
Seluruh
siswa menjadi lebih siap.
2.
Melatih
kerjasama dengan baik.
Ø Kekurangan:
1.
Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2.
Membedakan
siswa.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip